Tayangan halaman minggu lalu

Minggu, 24 Oktober 2010

PERANGKAT PEMBELAJARAN TENTANG CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SDN Wiyung
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : III / 1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. Standar Kompetensi
Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup

II. Kompetensi Dasar
1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan mkhluk hidup

III. Indikator
1. Menyebutkan penggolongan makhluk hidup
2. Membedakan ciri-ciri antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup
3. Mengelompokkan tumbuhan berdasarkan tempat hidup, jumlah kaki, jenis makanan, cara gerak, penutup tubuh

IV. Tujuan pembelajaran
1. Dengan diberikan penjelasan oleh guru, siswa dapat menyebutkan penggolongan makhluk hidup dengan tepat
2. Siswa dapat membedakan ciri-ciri antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup dengan tepat, melalui kegiatan mengamati ikan dan boneka
3. Dengan mengisi tabel pengelompokkan hewan, siswa dapat mengelompokkan hewan dengan tepat, berdasarkan tempat hidup, jumlah kaki, jenis makanan, cara gerak, dan penutup tubuh

V. Materi
• Makhluk hidup (terlampir)


VI. Metode dan Model Pembelajaran
Metode
• Tanya jawab
• Ceramah
• Demonstrasi
• Diskusi
Model
• Pembelajaran Langsung

VII. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan awal
1. Guru mengucap salam
2. Guru mengabsensi siswa
3. Guru mengkondiskan siswa untuk siap belajar
4. Apersepsi :
• Guru menanyakan kepada siswa “apakah kalian mempunyai hewan peliharaan di rumah?,apakah kalian juga memberinya makan? mengapa harus di beri makan? hewan peliharaan itu termasuk makhluk hidup atau bukan?
• Guru menampung semua jawaban siswa
• Guru mengarahkan kepada siswa bahwa hewan peliharaan termasuk makhluk hidup dan membutuhkan makanan
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum yaitu mempelajari tentang makhluk hidup
Kegiatan inti
1. Guru memberikan penjelasan tentang penggolongan makhluk hidup
2. Guru menunjukkan ikan dan boneka kepada siswa dan meminta siswa untuk mengamatinya
3. Guru memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan ciri-ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup, dengan menjadikan ikan dan boneka sebagai obyek pengamatan
4. Guru memberikan penjelasan tentang perbedaaan antara ciri-ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup
5. Guru memberikan penjelasana mengenai penggolongan mkhluk hidup berdasarkan tempat hidup, jumlah kaki, jenis makanan, cara gerak, dan penutup tubuh
6. Guru meminta beberapa siswa secara bergantian maju ke depan kelas untuk mengisi tabel pengelompokan hewan berdasarkan tempat hidup, jumlah kaki, jenis makanan, cara gerak, dan penutup tubuh
7. Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari
Kegiatan penutup
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
3. Guru memberikan pesan moral kepada siswa
4. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam

VIII. Media dan Sumber Belajar
• Media
1. Ikan
2. Boneka
3. Gambar macam-macam hewan
• Sumber belajar
1. Arifin Mulyati dkk.(2008). Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkunganku Untuk Kelas III SD/MI. Jakarta: Setia Purna Inves

IX. Penilaian
1. Prosedur
• Penilaian proses dan penilaian produk
2. Jenis
• Tes
• Non tes
3. Alat penilaian
• Tes : LKS
• Nontes : sikap, unjuk kerja


Surabaya, Juli 2010
Mengetahui
Kepala SDN Wiyung Guru Kelas



NIP. NIP.










Lampiran 1
RUBRIK PENILAIAN

Penilaian LKS
I. Jumlah benar x 1 = 10 x 1 =10
II. Jumlah benar x 2 = 5 x 2 = 10
Jumlah skor = 20

Nilai = Jumlah skor yang diperoleh x 100
Jumlah soal
= 20 x 100
20
= 100

Penilaian Unjuk Kerja
No Aspek yang dinilai Nilai
1




2



3 Keaktifan dalam kegiatan memberikan tanggapan, bertanya dan menjawab pertanyaan
Sangat aktif = 40
Cukup aktif = 25
Tidak aktif = 10
Kebaranian mengerjakan soal ke depan kelas
Berani maju sendiri = 40
Berani maju setelah ditunjuk = 25
Tidak berani maju = 10
Mengerjakan sosl ke depan kelas
Benar = 20
Salah = 10 40




40



20


Jumlah maksimal 100



NA = Penilaian LKS + penilaian unjuk kerja
2
= 100 + 100
2
= 100

KARANGAN DESKRIPSI

Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
• menggambarkan atau melukiskan sesuatu,
• penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
• membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Pola pengembangan paragraf deskripsi:
• Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
• Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
• Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2. Tentukan tujuan
3. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
5. Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
Contoh topik yang tepat untuk karangan deskripsi:
• Keindahan Bukit Kintamani
• Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
• Keadaan ruang praktik
• Keadaan daerah yang dilanda bencana
Contoh deskripsi berupa fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.
Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Kamis, 21 Oktober 2010

KETIMPANGAN GENDER DI BIDANG PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Kajian tentang gender dalam dasawarsaterakhir ini, menjadi bahan diskusi yang sangat menarik pada setiap perbincangan dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan pendidikan.Dari hasil penelitian masih terjadi ketidakjelasan , kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender. Dalam proses pendidikan di Indonesia secara umum, masih terdapat bias atau ketimpangan gender.
Kesenjangan pada bidang pendidikan telah menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap bidang lain di Indonesia, hampir semua sektor, seperti lapangan pekerjaan, jabatan, peran di masyarakat, sampai pada masalah menyuarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan. Penyebab ketimpangan gender adalah karena faktor kesenjangan pendidikan yang belum setara. Dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk yang berjenis kelamin perempuan maka, secara otomatis perempuan belum berperan secara maksimal.. Perbedaan gender tidaklah menjadi sebuah masalah yang krusial seandainya perbedaan itu tidak menimbulkan ketidakadilan. Namun justru sebaliknya, melahirkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan, kekerasan dan sebagainya. Melalui pendidikan , diharapkan dunia yang tanpa kekerasan dan tanpa penindasan terhadap kaum perempuan ini dapat terwujud, karena pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dalam arti seluas-luasnya.
Dari beberapa hal yang telah dikemukakan diatas penulis mengangkat judul ”Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep gender?
2. Bagaimana bentuk ketimpangan gender di bidang pendidikan?
3. Apa saja faktor- faktor penentu ketimpangan gender ?
4. Bagaimana upaya untuk mengatasi ketimpangan gender di bidang pendidikan?



C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai hakikat dari konsep gender.
2. Untuk mengetahui bentuk ketimpangan gender di bidang pendidikan.
3. Untuk mengetahuai faktor- faktor penentu ketimpangan gender.
4. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi ketimpangan gender di bidang pendidikan

D. Manfaat
1. Dengan memamahi konsep gender kita terjadi lagi kesalahpahaman tentang konsep gender itu sendiri.
2. Dengan memahami ketimpangan gender yang terjadi di bidang pendidikan, diharapkan kita dapat bersikap lebih demokratis dan menghargai prestasi seseorang tanpa melihat apakah dia laki-laki atau perempuan.
3. Dengan mengetahuai faktor-faktor penentu terjadinya ketimpangan dalam pendidikan, diharapkan kita memahami bahwa perubahan sifat perempuan dan laki-laki dapat terjadi dari waktu ke waktu,dari suatu tempat ke tempat lain dan dari lingkungan yang berbeda sehingga faktor-faktor penyebab bias gender akan sangat tergantung dari situasinya masing-masing.
4. Dengan mengetahuai upaya untuk mengatasi ketimpangan gender di bidang pendidikan kita bisa mengatasi dampak negatif yang ditimbulkannya











BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Gender
Gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Kata gender jika ditinjau secara terminologis merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris. Kata gender ini jika dilihat posisinya dari segi struktur bahasa (gramatikal) adalah bentuk nomina (noun) yang menunjuk kepada arti jenis kelamin, sex atau disebut dengan al-jins dalam bahasa Arab. Sehingga jika seseorang menyebut atau bertanya tentang gender maka yang dimaksud adalah jenis kelamin––dengan menggunakan pendekatan bahasa. Kata ini masih terbilang kosa kata baru yang masuk ke dalam khazanah perbendaharaan kata bahasa Indonesia, Istilah ini menjadi sangat lazim digunakan dalam beberapa dekade terakhir.
Pengertian yang lebih kongkrit dan lebih operasioanal dikemukakan oleh Nasaruddin Umar yang diterjemahkan oleh Omi Intan Naomi (1998:3) menyatakan bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, prilaku dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial. Menurut Fakih (2003:35) kata gender dalam bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Inggris, tetapi dalam kamus bahasa tidak terlihat perbedaaab antara kata sex dan gender. Pengertian jenis kelamin atau seks merupakan penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tersebut. Misalnya manusia jenis laki-laki memiliki ciri-ciri fisik, seperti: jakala (kalamenjing) sedangkan manusia jenis perempuan memiliki rahim. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis laki-laki dan perempuan selamanya. Hal ini bermakna bahwa secara biologis alat-alat tersebut tidak bias dipertukarkan, karena sudah menjadi ketentuan dari Tuhan sehingga sudah merupakan kodrat. Sedangkan konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara social dan kultural. Misalnya kaum laki-laki selalu dipersepsikan memiliki sifat yang tegas, kuat, rasional, jantan dan perkasa. Sementara kaum perempuan dianggap lemah lembut, emosional, cantik, dan keibuan
Ciri dari sifat itu sesungguhnya dapat dipertukarkan, artinya ada laki-laki yang emosional dan lemah lembut, sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu ligkungan budaya ke lingkungan social yang berbeda. Konstruksi sosial dan kultural tersebut telah berlangsung sangat lama hampir sepanjang sejarah kehidupan manusia, karena dibentuk, disosialisasai menjadi ajaran informal dalam keluarga, tafsir agama dan bahkan oleh Negara, sehingga bias gender tersebut seakan-akan menjadi ketentuan Tuhan dan menjadi kodrat bagi laki-laki dan permpuan yang harus diterimanya dan tidak bisa ditolak.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gender adalah sebuah konsep yang dijadikan parameter dalam pengidentifikasian peran laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada pengaruh sosial budaya masyarakat dengan tidak melihat jenis biologis dan tidak menjadikannya sebagai alat pendiskriminasian salah satu pihak karena pertimbangan yang sifatnya biologis.

B. Bentuk Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah proses penerusan nilai oleh pendidik (guru atau dosen) kepada anak didik (siswa atau mahasiswa).Untuk menyukseskan pembangunan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, diperlukan pendidikan yang tinggi pula. Mengikutsertakan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, berarti memanfaatkan sumber daya insani yang potensial dalam pembangunan dan merupakan tindakan yang efisien dan efektif. Apalagi didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang tinggi di bawah latar belakang pendidikan yang tinggi pula. Sumber daya manusia yang berkualitas rendah akan merupakan beban bagi pembangunan. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai arti yang sangat penting. Ketimpangan gender di bidang pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara kondisi gender sebagaimana yang dicita-citakan (kondisi normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi objektif) di bidang pendidikan (Menteri Negara Peranan Wanita, 1998). Lebih lanjut kondisi normatif contohnya, kesempatan mengikuti pendidikan formal bagi laki-laki dan perempuan sama. Sedangkan kondisi objektif contohnya, semakin tinggi jenjang pendidikan (SLTP ke atas), jumlah perempuan yang mengikuti pendidikan formal lebih sedikit daripada laki-laki.
Di dalam UUD 1945 dan GBHN di antaranya diamanatkan, bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam pembangunan, termasuk pembangunan di bidang pendidikan (kondisi normatif). Namun kenyataan menunjukkan (kondisi objektif), seperti yang dikemukakan oleh Menteri Negara Peranan Wanita (1998), perempuan mengalami ketertinggalan yang lebih banyak daripada laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan, baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat hasil pembangunan, termasuk pembangunan di bidang pendidikan. Ini artinya, masih terdapat ketimpangan gender di bidang pendidikan. Ketimpangan yang terjadi terutama untuk memberikan kesempatan mendapatkan pendidikan kepada perempuan. Karena tingkat pendidikan perempuan masih rendah maka, untuk pengambilan keputusan di bidang pendidikan terutama perumusan kurikulum, pengambil kebijakan, dan kepala sekolah secara umum masih dipegang oleh laki-laki, kecuali di tingkat taman kanak-kanak yang didominasi oleh perempuan.
Dikemukakan oleh Bemmelen (2003) ketimpangan gender di bidang pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator kuantitatif: (1) angka buta huruf, (2) angka partisipasi sekolah, (3) pilihan bidang studi dan (4) komposisi staf pengajar dan kepala sekolah. Ketimpangan gender dari masing-masing indikator tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1. Angka Buta Huruf
Melek huruf merupakan syarat utama untuk berpartisipasi dalam kehidupan modern dan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, jenjang pendidikan formal juga menunjukkan perbedaan gender yang signifikan. Tingkat pendidikan formal perempuan secara umum lebih rendah daripada laki-laki (Agung Ariani,2002).
Di Bali, khususnya di pedesaan (daerah desa) masih banyak perempuan yang tidak lansia umurnya, yakni kelompok umur 10 s.d 44 tahun yang buta huruf jika dibandingkan dengan laki-laki dalam kelompok umur yang sama. Perempuan mencapai angka 11,1 %, sedangkan laki-laki 3,5 %. Namun di perkotaan (daerah kota) ketimpangan gender tidak setajam itu, yakni perempuan mencapai angka 3,6 % sedangkan laki-laki 1,3 % (Putra Astiti, 2002 dan Bemmelen, 2003).
2. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Ketimpangan gender dalam konteks Indonesia dalam penelitian yang dilakukan oleh Ace Suryadi, berdasarkan angka statistik kesejahteraan rakyat dari Biro Pusat Statistik pada tahun 2000/2001 penduduk peremuan yang berpendidikan SD sudah mencapai 33,4% yang bahkan sedikit lebih tinggi daripada laki-laki lulusan SD 32,5%. Perempuan yang berpendidikan SLTP 13% sedikit 22 lebih rendah dari laki-laki yang berpendidikan sama yaitu sebesar 15%. Penduduk perempuan yang berpendidikan SMA adalah 11,4% atau lebih rendah dari laki-laki yang berpendidikan sama yaitu sebesar 15,7%. Sementara itu, penduduk perempuan berpendidikan sarjana sudah mencapai 2,1% yang masih lebih rendah dari penduduk laki-laki yang berpendidikan sarjana 3,2%.24
Menurut Suleeman, dalam TO. Ihromi (1995) kiranya ada tiga alasan pokok yang menyebabkan ketimpangan gender tersebut.
1) Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin terbatas jumlah sekolah. Untuk mengikuti pendidikan formal yang lebih tinggi (SLTP ke atas) yang umumnya terkonsentrasi di kota, baik laki-laki maupun perempuan harus pergi keluar desa atau meninggalkan desa dengan jarak yang relatif jauh. Hal ini memberatkan orang tua terhadap anak perempuan yang bersekolah jauh, karena akan merasa kehilangan tenaga kerja yang membantu di rumah.
2) Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi biaya yang diperlukan. Bagi keluarga atau rumah tangga yang berlatar belakang ekonomi lemah (miskin), umumnya lebih mengutamakan anak laki-laki untuk mengikuti pendidikan formal yang lebih tinggi, karena tenaga kerja perempuan dibutuhkan di rumah.
3) Investasi pendidikan formal bagi perempuan kerap kali tidak banyak dirasakan oleh orang tua, karena anak perempuan setelah menikah akan menjadi anggota keluarga suaminya
3. Ketimpangan gender dalam pilihan bidang studi.
Hal ini dapat dibuktikan pada sekolah kejuruan, seperti misalnya Sekolah Kepandaian Puteri (SKP), yakni suatu sekolah khusus untuk anak perempuan, Sekolah Teknik Menengah (STM) umumnya untuk anak laki-laki dan sebagainya. Dalam penjurusan di tingkat SLTA.Berkaitan dengan pilihan fakultas dan jurusan di Perguruan Tinggi.
Kaum laki-laki lebih dominan dalam memilih jurusan dan mempelajari kemampuan atau ketrampilan pada bidang kejuruan teknologi dan industri sehingga dengan jenis ketrampilan kejuruan yang dipelajarinya itu, laki-laki seolah-olah secara khusus dipersiapkan untuk menjadi pemain utama dalam dunia produksi. Sementara itu, perempuan lebih dipersiapkan untuk melaksanakan peran pembantu, misalnya ketatausahaan dan teknologi kerumahtanggaan. Jumlah siswa perempuan yang memilih jurusan IPA atau matematika di SMU lebih kecil proporsinya sehingga mereka lebih sulit untuk memasuki berbagai jurusan keahlian di perguruan tinggi, misalnya dalam berbagai bidang teknologi dan ilmu-ilmu eksakta lainnya. Pada kedua jenis jurusan keahlian itu, proporsi mahasiswi hanya mencapai 19,8 %. Di lain pihak mahasiswi lebih dominan dalam jurusan-jurusan keahlian terapan bidang manajemen 57,7%, pelayananjasa dan transfortasi 64,2%, bahasa dan sastra 58,6% serta psikologi 59,9% (Suryadi, 2007:157)
Dinyatakan oleh Suleeman (dalam T O. Ihromi, 1995), bahwa proporsi laki-laki dan perempuan di fakultas dan jurusan di Universitas Indonesia (dalam tahun 1992/1993) menunjukkan ketimpangan gender yang signifikan. Di samping itu, dinyatakan oleh Agung Ariani (2002) umumnya perempuan memilih sekolah yang penyelesaian pendidikannya memerlukan waktu pendek dan cepat bisa bekerja. Sebagai alasannya di antaranya, untuk menunjang ekonomi rumah tangga dan untuk biaya melanjutkan studi saudara laki-lakinya.
5. Komposisi Staf Pengajar dan Kepala Sekolah
Ketimpangan gender dapat pula diketahui di kalangan staf pengajar dan kepala sekolah. Walaupun dalam tulisan ini tidak ada data kuantitatif, secara kualitatif kenyataan menunjukkan bahwa untuk Sekolah Taman Kanak-kanak didominasi oleh tenaga pengajar perempuan. Sedangkan untuk SD sampai dengan jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi, tenaga pengajar laki-laki lebih dominan daripada tenaga pengajar perempuan. Kecendrungan yang serupa juga terlihat di kalangan kepala sekolah dan pimpinan universitas.
Menurut Suryadi (2007:157) Pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) perempuan lebih dominan pada program diploma yang menyiapkan guru SLTP ke bawah (68,2%) dan program sarjana yang menyiapkan guru sekolah menengah (55,7%). Gejala ini menunjukkan, perempuan lebih banyak yang dipersiapkan untuk menjadi guru pendidikan dasar dan menengah. Keadaan ini juga ditunjukkan dengan jumlah seluruh guru perempuan dari TK sampai SMU, proporsi perempuan lebih besar (50,8%) daripada jumlah guru laki-laki (49,2%). Sebaliknya tenaga dosen didominasi oleh lakilaki dengan proporsi 70% pada berbagai tingkat jabatan dosen di PT, dan semakin tinggi jabatan dosen semakin kecil proporsi dosen perempuan. Demikian juga untuk jabatan struktural masih didominasi kaum laki-laki, kalaupun ada jumlahnya masih sedikit.

C. Faktor- faktor Penentu Ketimpangan Gender
Faktor-faktor penentu ketimpangan gender menurut Bemmelen (2003:6-9) di bidang pendidikan meliputi (1) masalah lama, (2) nilai gender yang dianut oleh masyarakat, (3) nilai dan peran gender yang terdapat dalam buku ajar, (4) nilai gender yang ditanamkan oleh guru dan (5) kebijakan yang bias gender. Masing-masing faktor itu dapat dijelaskansebagai berikut.
1. Masalah Lama
Sejak dulu Angka Partisipasi Sekolah anak perempuan lebih rendah daripada laki-laki dan terfokus pada jenis pendidikan tertentu (Bemmelen, 2003). Memang dilihat dari latar belakang sejarah, sejak dulu dari masa ke masa atau dari generasi ke generasi, perempuan selalu lebih sulit mendapatkan akses ke dalam pendidikan formal. Padahal, arti penting pendidikan formal bagi perempuan sudah dirasakan sejak lama. Hal ini sejalan dengan pemikiran R.A Kartini melalui perjuangan emansipasinya, yakni menginginkan pendidikan formal perempuan yang sama dengan laki-laki. Dirasakan hanya melalui pendidikan formal, perempuan akan bias berdiri sama tinggi dengan laki-laki.
2. Nilai gender yang dianut oleh masyarakat
Berkaitan dengan pendidikan formal, ada dua nilai gender yang menonjol yang masih berlaku di masyarakat, terutama di masyarakat pedesaan. “Untuk apa anak perempuan disekolahkan (tinggi-tinggi), nanti dia ke dapur juga”. “Untuk apa perempuan disekolahkan (tinggi-tinggi), nanti dia akan menjadi milik orang lain juga”. Dengan demikian, cendrung lebih mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan di dalam memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal.
3. Nilai dan peran gender yang terdapat dalam buku ajar
Contoh yang klasik mengenai sosialisasi gender melalui buku ajar di antaranya sebagai berikut. “Ibu memasak di dapur, Bapak membaca koran”. Ibu berbelanja ke pasar, Bapak mencangkul di sawah”. Bentuk seksisme lain; gambar-gambar lebih sering menampilkan anak laki-laki jika dibandingkan dengan anak perempuan dan dalam kegiatan yang lebih bervariasi.
4. Nilai gender yang ditanamkan oleh guru
Guru merupakan “role model” yang sangat penting di luar lingkungan keluarga anak. Disadari atau tidak, setiap orang termasuk guru mempunyai persepsi tentang peran gender yang pantas. Persepsi itu akan disampaikan secara langsung atau tidak langsung kepada murid.Berikut ini dikemukakan beberapa contoh yang membedakan.
a) Dalam hal-hal tertentu guru lebih banyak berinteraksi dengan anak laki-laki, tetapi dalam hal-hal tertentu lainnya guru lebih banyak berinteraksi dengan anak perempuan.
b) Dalam memberikan mainan di Taman Kanak-kanak; anak laki-laki diberikan mainan mobil, sedangkan anak perempuan diberikan mainan boneka.
c) Dalam memberikan pujian; anak laki-laki dipuji karena kemampuan intelektualnya, sedangkan anak perempuan dipuji karena kerapiannya.
d) Anak perempuan lebih sering disuruh untuk menjalankan peran membersihkan sesuatu atau meladeni sesuatu daripada anak laki-laki.
e) Guru lebih sering memberikan pujian atau teguran kepada anak laki-laki daripada anak perempuan. Ini artinya, anak laki-laki lebih banyak mendapat perhatian daripada anak perempuan.
5. Kebijakan yang bias gender
Terutama di tingkat SLTA (SMU, SMK), terdapat kebijakan yang bias gender seperti (a) anak perempuan yang hamil (karena kecelakaan) dikeluarkan dari sekolah, sedangkan anak laki-laki yang menghamilinya tidak kena sanksi apapun, (b) tidak dibenarkan anak perempuan yang sudah menikah untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan di tingkat SLTP atau SLTA. Kebijakan pengangkatan guru atau kepala sekolah khususnya di tingkat SD, SLTP dan SLTA yang lebih berorientasi kepada laki-laki dan kebijakan pengangkatan guru dan kepala TK di TK yang lebih berorientasi kepada perempuan, juga merupakan kebijakan yang bias gender. Kebijakan itu merupakan pemicu
ketimpangan gender, karena berimplikasi kepada komposisi personalia pengajar dan kepala sekolah.
Faktor-faktor penyebab bias gender menurut Suryadi (2003:9-12) dapat dikategorisasikan ke dalam tiga aspek, yaitu partisipasi, akses, dan kontrol. Namun, tidak semua aspek yang disebutkan dapat dipaksakan untuk menjelaskan masing-masing bias gender yang terjadi secara empiris dalam bidang pendidikan. Dengan kata lain faktor-faktor penyebab bias gender akan sangat tergantung dari situasinya masing-masing. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab bias gender berkaitan dengan perolehan kesempatan belajar pada setiap jenjang pendidikan adalah:
1. Partisipasi
Perbedaan angkatan partisipasi pendidikan pada tingkat SD,SLTP dipengaruhi oleh faktor-faktor struktur karena fasilitas pendidikan tersbut sudah tersebar relatif merata. Faktor-faktor struktural itu di antaranya adalah nilai-nilai sosial budaya, dan ekonomi keluarga yang lebih menganggap pendidikan untuk anak laki-laki lebih penting dibandingkan dengan perempuan. Faktor ini berlaku terutama di daerah-daerah terpencil yang jarang penduduknya serta pada keluarga-keluarga berpendidikan rendah yang mendahulukan pendidikan untuk anak lakilaki.
2. Akses
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bias gender yang berhubungan dengan akses dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan pendidikan sangat rendah karena akses perempuan juga masih dirasakan rendah dalam menempati jabatan-jabatan birokrasi pemegang kebijakan. Proporsi kepada sekolah perempuan secara konsisten masih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada setiap jenjang pendidikan.
2) Laki-laki lebih dominan dalam mempengaruhi isi kurikulum sehingga proses pembelajaran cenderung bias laki-laki. Fenomena ini dapat diamati dari buku-buku pelajaran yang sebagian besar penulisnya adalah laki-laki. Penulis buku laki-laki sangat dominan.
3) Isi buku pelajaran yang membahas status perempuan dalam masyarakat akan banyak memberikan pengaruh terhadap kesenjangan gender dalam proses pendidikan. Muatan dari sebagian bukubuku pelajaran (khususnya IPS, PPKN, Pendidikan Jasmani, Bahasa dan Sastra Indonesia, Kesenian dan sejenisnya) yang berhasil diamati cenderung kurang berwawasan gender khususnya berkaitan dengan konsep keluarga atau peran perempuan dalam keluarga yang telah lama dipengaruhi oleh cara berpikir tradisional, bahwa laki-laki adalah pemegang fungsi produksi sedangkan perempuan memegang fungsi reproduksi.
3. Kontrol
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab bias gender dalam bidang kurangnya kontrol
kebijakan pendidikan adalah:
1) Khusus pada kebijaksanaan pendidikan, khususnya menyangkut sistem seleksi dalam pendidikan. Kontrol dalam penerimaan karyawan terutama di sektor swasta sangat dirasakan kesenjangan gender. Kenyataan menunjukkan bahwa jika suami istri berada dalam salah satu perusahaan, misalnya Bank, baik milik pemerintah maupun swasta, maka salah satunya harus memilih untuk keluar, dan biasanya perempuanlah yang memilih keluar dari pekerjaan. Ini bagian dari faktor-faktor bias gender dalam bidang pendidikan.
2) Faktor struktural, yakni yang menyangkut nilai, sikap, pandangan, dan perilaku masyarakat yang secara dominan mempengaruhi keputusan keluarga untuk memilih jurusan-jurusan yang lebih dianggap cocok untuk perempuan, seperti pekerjaan perawat, kesehatan, teknologi kerumahtanggaan, psikologi, guru sekolah dan sejenisnya. Hal ini terjadi karena perempuan dianggap hanya memilih fungsi-fungsi produksi. Laki-laki dianggap lebih berperan sebagai fungsi penopang ekonomi sehingga harus lebih banyak memilih keahlian-keahlian ilmu teknologi dan industry.



D.Upaya Mengatasi Ketimpangan Gender di Bidang Pendidikan
Keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih egaliter.Kesetaraan gender seharusnya mulai ditanamkan pada anak sejak dari lingkungan keluarga. Ayah dan ibu yang saling melayani dan menghormati akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Demikian pula dalam hal memutuskan berbagai persoalan keluarga, tentu tidak lagi didasarkan atas "apa kata ayah". Jadi, orang tua yang berwawasan gender diperlukan bagi pembentukan mentalitas anak baik laki-laki maupun perempuan yang kuat dan percaya diri. Memang tidak mudah bagi orang tua untuk melakukan pemberdayaan yang setara terhadap anak perempuan dan laki-lakinya. Sebab di satu pihak, mereka dituntut oleh masyarakat untuk membesarkan anak-anaknya sesuai dengan "aturan anak perempuan" dan "aturan anak laki-laki". Di lain pihak, mereka mulai menyadari bahwa aturan-aturan itu melahirkan ketidakadilan baik bagi anak perempuan maupun laki-laki.
Memperkecil ketimpangan bias gender pada jurusan, bidang kejuruan atau program studi yang ada pada jenjang pendidikan mulai dari tingkat menengah sampai tingkat tinggi untuk mewujudkan dan menghilangkan bias gender dalam pendidikan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula status sosial yang akan diperoleh dalam masyarakat. Perempuan yang berperan di berbagai dunia pendidikan, di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai guru, di perguruan tinggi sebagai dosen, dan di masyarakat sebagai bagian dari anggota masyarakat harus diberi pendidikan yang setingi-tingginya berdasarkan tuntutan zaman dan lingkungannya.
Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal ini diperlukan standardisasi buku ajar yang salah satu kriterianya adalah berwawasan gender. Selain itu, guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya kesetaraan gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang peka gender. (18). Dikemukakan oleh Dra Sri Suciati, M.Hum( Dosen FPBS IKIP PGRI Semarang, wakil sekretaris PGRI Jawa Tengah).



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep gender
Gender adalah sebuah konsep yang dijadikan parameter dalam pengidentifikasian peran laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada pengaruh sosial budaya masyarakat (social contruction) dengan tidak melihat jenis biologis dan tidak menjadikannya sebagai alat pendiskriminasian salah satu pihak karena pertimbangan yang sifatnya biologis.
2. Bentuk ketimpangan gender di bidang pendidikan
Dikemukakan oleh Bemmelen (2003) ketimpangan gender di bidang pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator kuantitatif:
1) Angka buta huruf
Melek huruf merupakan syarat utama untuk berpartisipasi dalam kehidupan modern dan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, jenjang pendidikan formal juga menunjukkan perbedaan gender yang signifikan. Tingkat pendidikan formal perempuan secara umum lebih rendah daripada laki-laki
2) Angka partisipasi sekolah
ada tiga alasan pokok yang menyebabkan ketimpangan gender yaitu
a. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin terbatas jumlah sekolah.
b. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi biaya yang diperlukan.
c. Investasi pendidikan formal bagi perempuan kerap kali tidak banyak dirasakan oleh orang tua, karena anak perempuan setelah menikah akan menjadi anggota keluarga suaminya
3) Pilihan bidang studi
Kaum laki-laki lebih dominan dalam memilih jurusan dan mempelajari kemampuan atau keterampilan pada bidang kejuruan teknologi dan industri dan seolah-olah secara khusus kaum laki-laki dipersiapkan untuk menjadi pemain utama dalam dunia produksi. Sementara itu, perempuan lebih dipersiapkan untuk melaksanakan peran pembantu, misalnya ketatausahaan dan teknologi kerumah-tanggaan.


4) Komposisi staf pengajar dan kepala sekolah.
Taman Kanak-kanak didominasi oleh tenaga pengajar perempuan. Sedangkan untuk SD sampai dengan jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi, tenaga pengajar laki-laki lebih dominan daripada tenaga pengajar perempuan. Kecendrungan yang serupa juga terlihat di kalangan kepala sekolah dan pimpinan universitas.
3. Faktor-faktor penentu ketimpangan gender
Faktor-faktor penentu ketimpangan gender di bidang pendidikan meliputi
1) Masalah lama, dilihat dari latar belakang sejarah, sejak dulu dari masa ke masa atau dari generasi ke generasi, perempuan selalu lebih sulit mendapatkan akses ke dalam pendidikan formal.
2) Nilai gender yang dianut oleh masyarakat, ada dua nilai gender yang menonjol yang masih berlaku di masyarakat, terutama di masyarakat pedesaan. Mereka cendrung lebih mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan di dalam memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal.
3) Nilai dan peran gender yang terdapat dalam buku ajar. Hal ini terlihat dari enulis buku laki-laki sangat dominan dan gambar-gambar lebih sering menampilkan anak laki-laki jika dibandingkan dengan anak perempuan dan dalam kegiatan yang lebih bervariasi.
4) Nilai gender yang ditanamkan oleh guru. Misalnya dalam hal-hal tertentu guru lebih banyak berinteraksi dengan anak laki-laki, tetapi dalam hal-hal tertentu lainnya guru lebih banyak berinteraksi dengan anak perempuan.
5) Kebijakan yang bias gender. Kebijakan pengangkatan guru atau kepala sekolah khususnya di tingkat SD, SLTP dan SLTA yang lebih berorientasi kepada laki-laki dan kebijakan pengangkatan guru dan kepala TK di TK yang lebih berorientasi kepada perempuan, juga merupakan kebijakan yang bias gender.
Faktor-faktor penyebab bias gender menurut Rukmina Gonibala (2003:9-12) dapat dikategorisasikan ke dalam tiga aspek, yaitu partisipasi, akses, dan kontrol. Namun, tidak semua aspek yang disebutkan dapat dipaksakan untuk menjelaskan masing-masing bias gender yang terjadi secara empiris dalam bidang pendidikan. Dengan kata lain faktor-faktor penyebab bias gender akan sangat tergantung dari situasinya masing-masing
4. Upaya mengatasi ketimpangan gender di bidang pendidikan
Kesetaraan gender seharusnya mulai ditanamkan pada anak sejak dari lingkungan keluarga. Memperkecil ketimpangan bias gender pada jurusan, bidang kejuruan atau program studi yang ada pada jenjang pendidikan mulai dari tingkat menengah sampai tingkat tinggi untuk mewujudkan dan menghilangkan bias gender dalam pendidikan.
Perempuan yang berperan di berbagai dunia pendidikan, di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai guru, di perguruan tinggi sebagai dosen, dan di masyarakat sebagai bagian dari anggota masyarakat harus diberi pendidikan yang setingi-tingginya berdasarkan tuntutan zaman dan lingkungannya. Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara kelembagaan dan terutama guru.

B. Saran
Hasil telaahan menunjukkan bahwa akses anak perempuan untuk mengikuti pendidikan formal lebih terbatas daripada anak laki-laki, yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penulis menyarankan akan adanya penyempurnaan bahan-bahan pendidikan yang harus diusahakan dengan jalan menggunakan perspektif keadilan dan kesetaraan gender. Dengan melakukan revisi terhadap buku-buku pelajaran dan bahan materi lainnya yang isinya nilai-nilai praktek yang masih sangat bias.







DAFTAR PUSTAKA
- Agung Ariani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan dan Implementasinya dalam Pendidikan).
- Bemmelen, Sita Van. 2003a. Konsep Gender dan Isu Gender di Bidang Pendidikan.Semiloka Gender untuk Para Guru/Pendidik Kabupaten/Kota se Bali.
- Fakih, Mansour, et al. 1996. Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam. Cet. I.Surabaya: Risalah Gusti.
- Http://Www.Asmakmalaikat.Com/Go/Artikel/Gender/Gender9.Htm
- Menteri Negara Peranan Wanita. 1998. Jender dan Permasalahannya. Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. Jakarta.
- Umar, Nasaruddin. 1998. “Perspektif Gender dalam Islam”, jurnal Paramadina, Vol. I. No. 1, Juli– Desember 1998, h. 99.
- Putra Astiti, Tjok Istri. 2002. Identifikasi Permasalahan Gender dalam Pendidikan. Materi Sosialisasi Gender untuk Para Guru/Pendidik Kabupaten/Kota se Bali yang Diselenggarakan oleh Pusat Studi Wanita Universitas Udayana Bekerja Sama dengan BKPP PEMDA Bali di Balai Penataran Guru Denpasar.
- Suleeman, Evelyn. 1995. Pendidikan Wanita Indonesia. Dalam T O. Ihromi (Penyunting). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
- Suryadi, Ace & Ecep Idris. 2004. Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. Cet. I. Bandung:Genesindo.

Sabtu, 10 Juli 2010

Islam Liberal

A. Pengertian

Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan sebagai berikut:
a. Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.
Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi).

b. Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan universal.

c. Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.
Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar; plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.

d. Memihak pada yang minoritas dan tertindas.
Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi.

e. Meyakini kebebasan beragama.
Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.

f. Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.
Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.
Nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip yang mereka anut, yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. “Liberal” di sini bermakna dua: kebebasan dan pembebasan. Mereka percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Mereka memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, mereka membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL).




B. Jaringan Islam Liberal
Jaringan Islam Liberal adalah forum intelektual terbuka yang mendiskusikan dan menyebarkan liberalisme Islam di Indonesia. Forum ini bersekretariat di Teater Utan Kayu, Jalan Utan Kayu no. 68 H, Jakarta, sebidang tanah milik jurnalis dan intelektual senior Goenawan Mohammad.
Tujuan utama mereka adalah menyebarkan gagasan Liberalisme seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu mereka memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal.
Misi Jaringan Islam Liberal / JIL adalah
1. Mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
2. Mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
3. Mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.

Beberapa program JIL yang sudah dilakukan saat ini adalah
1. Sindikasi Penulis Islam Liberal.
Maksudnya adalah mengumpulkan tulisan sejumlah penulis yang selama ini dikenal (atau belum dikenal) oleh publik luas sebagai pembela pluralisme dan inklusivisme. Sindikasi ini akan menyediakan bahan-bahan tulisan, wawancara dan artikel yang baik untuk koran-koran di daerah yang biasanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan penulis yang baik. Dengan adanya “otonomi daerah”, maka peran media lokal makin penting, dan suara-suara keagamaan yang toleran juga penting untuk disebarkan melalui media daerah ini. Setiap minggu, akan disediakan artikel dan wawancara untuk koran-koran daerah.
2. Talk-show di Kantor BeriBta Radio 68H
Talk-show ini akan mengundang sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebagai “pendekar pluralisme dan inklusivisme” untuk berbicara tentang berbagai isu sosial-keagamaan di Tanah Air. Acara ini akan diselenggarakan setiap minggu, dan disiarkan melaui jaringan Radio namlapanha di 40 Radio, antara lain; Radio namlapanha Jakarta, Radio Smart (Menado), Radio DMS (Maluku), Radio Unisi (Yogyakarta), Radio PTPN (Solo), Radio Mara (Bandung), Radio Prima FM (Aceh).

3. Penerbitan Buku.
JIL berupaya menghadirkan buku-buku yang bertemakan pluralisme dan inklusivisme agama, baik berupa terjemahan, kumpulan tulisan, maupun penerbitan ulang buku-buku lama yang masih relevan dengan tema-tema tersebut. Saat ini JIL sudah menerbitkan buku kumpulan artikel, wawancara, dan diskusi yang diselenggarakan oleh JIL, berjudul Wajah Liberal Islam di Indonesia.
4. Penerbitan Buku Saku.
Untuk kebutuhan pembaca umum, JIL menerbitkan Buku saku setebal 50-100 halaman dengan bahasa renyah dan mudah dicerna. Buku Saku ini akan mengulas dan menanggapi sejumlah isu yang menajdi bahan perdebatan dalam masyarakat. Tentu, tanggapan ini dari perspektif Islam Liberal. Tema-tema itu antara lain: jihad, penerapan syari’at Islam, jilbab, penerapan ajaran “memerintahkan yang baik, dan mencegah yang jahat” (amr ma’ruf, nahy munkar), dll.
5. Website Islamlib.com.
Program ini berawal dari dibukanya milis Islam Liberal (islamliberal@yahoogroups.com) yang mendapat respon positif. Ada usulan dari beberapa anggota untuk meluaskan milis ini ke dalam bentuk website yang bisa diakses oleh semua kalangan. Sementara milis akan tetap dipertahankan untuk kalangan terbatas saja. Semua produk JIL (sindikasi media, talk show radio, dll.) akan dimuat dalam website ini. Web ini juga akan memuat setiap perkembangan berita, artikel, atau apapun yang berkaitan dengan misi JIL.
6. Iklan Layanan Masyarakat.
Untuk menyebarkan visi Islam Liberal, JIL memproduksi sejumlah Iklan Layanan Masyarakat (Public Service Advertisement) dengan tema-tema seputar pluralisme, penghargaan atas perbedaan, dan dan pencegahan konflik sosial. Salah satu iklan yang sudah diproduksi adalah iklan berjudul “Islam Warna-Warni”.

7. Diskusi Keislaman.
Melalui kerjasama dengan pihak luar (universitas, LSM, kelompok mahasiswa, pesantren, dan pihak-pihak lain), JIL menyelenggarakan sejumlah diskusi dan seminar mengenai tema-tema keislaman dan keagamaan secara umum. Termasuk dalam kegiatan ini adalah diskusi keliling yang diadakan melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok mahasiswa di sejumlah universitas, seperti Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Diponegoro Semarang, Institut Pertanian Bogor, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dll.
C. Tokoh – tokoh Jaringan Islam Liberal
1) Nurcholish Madjid
Dia melontarkan bahwa fikih telah kehilangan relevansinya dalam kehidupan modern sekarang ini. Antara apa yang ia lontarkan itu sendiri dengan gagasan/ pemikiran yang ia lontarkan pula, tidak ada kecocokan. Coba kita tanyakan: Apa relevansinya dengan kehidupan modern sekarang ini, hingga sempat-sempatnya Nurcholish Madjid melontarkan:
a. Makna Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah) ia ubah jadi Tiada tuhan (t kecil) selain Tuhan (T besar). Lontaran itu dalam makalah seminarnya yang diselenggarakan Harian Pelita, Jakarta, April 1985. Hingga seorang peserta memprotesnya, dan menyatakan penerjemahan semacam itu hukumnya haram, karena mengaburkan makna Tauhid (keesaan Allah). Kata Dr Bachtiar Effendi dosen IAIN Jakarta dan perguruan tinggi lainnya yang sebenarnya dia juga orang yang dekat dengan Nurcholish: Ungkapan Cak Nur (Nurcholish) itu cari kerjaan saja. Itu kan sama saja dengan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang ingin mengganti Assalamu'alaikum jadi Selamat pagi. Di kalangan awam kan kemudian bisa difahami, apakah boleh ketika kita mengakhiri shalat, saat menengok ke kanan dan kekiri, dengan mengucapkan: Selamat pagi, Selamat pagi.. Kan itu namanya..cari..kerjaan.
b. Apa relevansinya Nurcholish Madjid menyebut orang Konghuchu, Hindu, Budha, dan Sinto itu adalah orang Ahli Kitab juga sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani, karena menurut Nurcholish, alasannya adalah: setiap kaum itu ada nadzir-nya (pemberi peringatan). Jadi mereka, menurut Nurcholish, adalah Ahli Kitab juga. Tetapi kenapa penyembah berhala di Arab tidak dimasukkan sebagai Ahli Kitab, padahal justru mereka masih berhaji mengamalkan ibadah Nabi Ibrahim? Padahal justru Nabi Ibrahim itu jelas nabi, dan juga punya shuhuf/ kitab?
c. Apa relevansinya dengan kehidupan modern ini, Nurcholish Madjid mengatakan bahwa musyrikat (wanita musyrik) yang tidak boleh dinikahi menurut Al-Qur'an itu hanya musyrikat Arab? Padahal, kalau alasannya seperti point 3 tersebut di atas, justru wanita musyrik Arab punya kitab alias Ahli Kitab, karena mengamalkan ibadah haji yang diwarisi dari Nabi Ibrahim as.

Lontaran-lontaran Nurcholish Madjid itu sendiri tidak ada relevansinya dengan kehidupan modern sekarang ini, bahkan menabrak ajaran Islam. Tetapi dia justru berani mengatakan, fikih telah kehilangan relevansinya.
2.) Masdar F Mas'udi
Dia orang yang banyak bergaul dengan para kiai NU (Nahdlatul Ulama), karena dia memang orang NU secara struktural maupun secara pendidikan dulunya. Dia juga wartawan. Namanya jadi melejit sejak punya gagasan agar ibadah haji tiap tahun itu waktunya diperluas, bukan hanya pada bulan Dzulhijjah. Karena di dalam Al-Qur'an disebutkan, Al-Hajju asyhurun ma'luumaat, ibadah haji itu pada bulan-bulan tertentu, yaitu Syawal, Dzulqo'dah dan Dzulhijjah. Maka, menurut Masdar, ayat Al-Qur'an itu jangan dikorbankan oleh hadits al-Hajju 'Arofah, ibadah haji itu Arafah>.(9 Dzulhijjah di padang Arafah).
Secara sekilas, usulan itu seakan logis. Tetapi ibadah haji itu ada ayatnya, ada haditsnya, dan ada praktek Nabi SAW. Sedang Nabi saw memerintahkan: Khudzuu 'annii manaasikakum (ambillah dariku tatacara ibadah hajimu). Karena ibadah haji itu mengenai waktu dan tempatnya pun termasuk hal-hal yang ditentukan, maka usulan Masdar itu menjadi aneh.
Di samping lontarannya tentang ibadah haji, Masdar juga menyamakan zakat dengan pajak. Padahal ketentuan zakat itu sudah jelas di dalam Al-Qur'an. Sedang yang namanya pemungutan pajak, para ulama berbeda-beda pendapat, baik tentang bolehnya maupun tentang syarat-syaratnya dan kegunaannya. Adapun zakat, sudah jelas merupakan kewajiban bagi muzakki (si wajib zakat). Bahkan merupakan salah satu rukun Islam, hingga Khalifah Abu Bakar pun mengerahkan tentara untuk memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat. Kalau zakat sama dengan pajak, maka apakah Masdar berani mengatakan bahwa bayar pajak itu merupakan rukun Islam? Kalau toh berani, Islam tidak akan mengakuinya. Padahal justru ada kata-kata Nabi saw yang mengibaratkan taubatnya wanita yang dirajam karena berzina bisa memadai bila dibanding taubatnya pemungut pajak. Apakah kata "pemungut pajak" di situ Masdar berani pula menggantinya dengan "pemungut zakat" yang bahkan Nabi saw pun menugaskan orang untuk memungut zakat?
3.) Goenawan Mohammad
yang dikenal sebagai pemimpin Majalah Tempo tidak banyak terdengar dalam hal gagasannya tentang Islam. Tetapi waktu geger dunia tentang penghinaan Islam dalam novel ayat-ayat Syetan karangan Salman Rushdi orang India yang tinggal di Inggeris sebelum tahun 1990-an, Goenawan Mohammad sebagai pembela Salman Rushdi berpolemik dengan Ridwan Saidi yang bersama umat Islam sedunia menghujat Salman Rushdi yang menghina Islam. Goenawan Mohammad menulis di Majalah Tempo, waktu itu merupakan majalah mingguan terbesar di Indonesia, sedang Ridwan Saidi dengan nama samaran Abu Jihan menulis lewat Majalah Panji Masyarakat yang waktu itu masih merupakan majalah Islam. Ridwan Saidi menyindir Goenawan Mohammad dengan judul tulisan Gunter Mahound. Mahound adalah kata-kata hinaan yang dilontarkan Ridwan Saidi sebagai tendangan balik. Karena Goenawan membela Salman Rushdie dengan dalih kebebasan mencipta, maka Ridwan melontarkan hinaan lewat tulisan terhadap Goenawan dengan alasan "kebebasan mencipta" pula. Tapi Goenawan sangat marah sampai kini, kata Ridwan.
D. Bantahan terhadap Faham Pluralis -Islam Liberal
Untuk menjawab golongan tasykik (menyebarkan keragu-raguan) yang punya faham pluralisme dan inklusivisme dengan menyebut dirinya sebagai Islam Liberal itu, perlu disimak ayat-ayat, hadits, sirah Nabi Muhammad saw yang riwayatnya otentik.
Kalau semua agama itu sama, sedang mereka yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Shabi'in itu cukup hanya mengamalkan agamanya, dan tidak usah mengikuti Nabi Muhammad saw, maka berarti membatalkan berlakunya sebagian ayat Allah dalam Al-Qur'an. Di antaranya ayat:
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia." (As-Saba'/34: 28)
"Katakanlah (hai Muhammad): Hai manusia! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua." (Al-A'raaf/ 7: 158)
Apakah mungkin ayat itu dianggap tidak berlaku? Dan kalau tidak meyakini ayat dari Al-Qur'an, maka hukumnya adalah ingkar terhadap Islam itu sendiri. Kemudian masih perlu pula disimak hadits-hadits.Sabda Nabi saw:
"Wa kaanan nabiyyu yub'atsu ilaa qoumihi khooshshotan wa bu'itstu ilan naasi 'aamatan."
"Dahulu Nabi diutus khusus kepada kaumnya sedangkan aku (Muhammad) diutus untuk seluruh manusia." (Diriwayatkan Al-Bukhari 1/ 86, dan Muslim II/ 63, 64)
Mungkin golongan tasykik -Islam Liberal masih berkilah, bahwa ayat-ayat dan hadits tentang diutusnya Nabi Muhammad untuk seluruh manusia ini bukan berarti Yahudi dan Nasrani sekarang baru bisa masuk surga kalau mengikuti ajaran Nabi saw. Kilah mereka itu sudah ada jawaban tuntasnya:
'An Abii Hurairota 'an Rasuulillahi saw annahu qoola: "Walladzii nafsi Muhammadin biyadihi, laa yasma'u bii ahadun min haadzihil Ummati Yahuudiyyun walaa nashrooniyyun tsumma yamuutu walam yu'min billadzii ursiltu bihii illaa kaana min ash-haabin naari." (Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa saw ilaa jamii'in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita saw bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).
Konsekuensi dari ayat dan hadits itu, Nabi Muhammad saw sebagai pengemban risalah yang harus menyampaikan kepada umat manusia di dunia ini, maka terbukti Nabi saw mendakwahi raja-raja yang beragama Nasrani dan bahkan raja atau kaisar beragama Majusi. Seandainya cukup orang Yahudi dan Nasrani itu menjalankan agamanya saja dan tidak usah memasuki Islam, maka apa perlunya Nabi Muhammad saw mengirimkan surat kepada Kaisar Heraclius dan Raja Negus (Najasi) yang keduanya beragama Nasrani, sebagaimana Kaisar Kisra di Parsi (Iran) yang beragama Majusi (penyembah api), suatu kepercayaan syirik yang amat dimurkai Allah SWT
Sejarah otentik yang tercatat dalam kitab-kitab hadits menyebutkan bukti-bukti, Nabi berkirim surat mendakwahi Kaisar dan raja-raja Nasrani maupun Majusi untuk masuk Islam agar mereka selamat di akhirat kelak. Bisa dibuktikan dengan surat-surat Nabi saw yang masih tercatat di kitab-kitab hadits sampai kini. Di antaranya surat-surat kepada Raja Najasi di Habasyah (Abesinea, Ethiopia), Kaisar Heraclius penguasa Romawi, Kisra penguasa Parsi, Raja Muqouqis di Mesir, Raja al-Harits Al-Ghassani di Yaman, dan kepada Haudhah Al-Hanafi.

TUNADAKSA

TUNADAKSA

A.PENGERTIAN
Tunadaksa sering disebut juga cacat tubuh, cacat fisik dan cacat ortopedi. Tunadaksa berasal dari kata “ tuna yang berarti rugi atau kurang dan daksa yang berarti tubuh. Tunadaksa adalah anak yang tidak memiliki tubuh dengan sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat inderanya.
Selanjutnya cacat ortopedi terjemahan dari bahasa Inggris orthopedically handicapped. Ortopedic mempunyai arti hubungan dengan otot, tulang dan persendian. Dengan demikian cacat ortopedi kelainannya terletak pada sapek otot, tulang dan persendian atau dapat juga merupakan akibat adanya kelainan yang terletak pada pusat pengatur sistem otot, tulang dn persendian.
Menurut Samuel A kirk(1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf kusumah (1991:3)mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan – kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari – hari, sekolah atau rumah. Sebagai contoh anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti kegiatan sekolah atau ada anak yang minum obat untuk mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak – anak jenis itu tidak termasuk gangguan penyandang gangguan fisik.Tetapi jika kondisi fisik tidak mampu memegang pena, atau anak sakit – sakitan ( mengidap penyakit kronis)sering kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah secara rutin maka anak itu termasuk penyandang gangguan fisik(tunadaksa)
Jadi tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian dan syaraf yang disebabkan oleh penyakit, virus dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum kelahiran,saat kelahiran dan sesudah kelahiran. Gangguan itu mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan gangguan perkembangan pribadi.
B. KLASIFIKASI ANAK TUNADAKSA
Dilihat dari sistem kelainan terdiri dari
a.Kelainan pada sistem cerebral
Kelainan pada sistem cerebral berupa cerebral palsy yang menunjukkan kelaianan gerak, sikap dan bentuk tubuh, gangguan koordinasi dan kadang disertai gangguan psikologi dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa perkembangan otak.
Menurut derajat kecacatannya Cerebral Plasy diklasifikasikan menjadi: (1)Ringan,dengan ciri- ciri yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat menolong diri
(2) Sedang, dengan ciri – ciri membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan, mengurus diri, dan alat- alat khusus.
(3) Berat, dengan ciri – ciri membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong diri
Klasifikasi berdasarkan kelainan gerak adalah Cerebral Plasy diklasifikasikan menjadi:
(1) spastik, dengan ciri seperti terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya
(2) dyskinesia, yang meliputi athetosis(penderita memperlihatkan gerak yang tidak terkontrol), rigid(kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan, tremor(getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan atau pada kepala),
(3) Ataxia(adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi
(4) Jenis campuran(seorang anak mempunyai kelainan dua satu lebihdari tipe –tipe di atas
b. Kelainan pada sistem otot dan rangka.
Penggolongn pada kelainan pada sistem otot dan rangka dan rangka adalah sebagai berikut
(1) Poliomyelitis merupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan yanbg bersifat menetap dan tidak mengakibatkan gangguan kecerdasan atau alat – alat indera
Kelumpuhan dibedakan atas tipe spinal(kelumpuhan pada otot leher, sekat dada, tangan dan kaki), tipe bulbair(ditandai dengan gangguan pernafasan), tipe bulbispinal(gabungan antara tipe spinal dan bulbair), encephalitis(disertai dengan demam, kesadaran menurun, dan kadang – kadang kejang)
(2) Muscle Dystrophy adalah jenis penyakit otot yang disebabkan oleh faktor keturunan dan mengakibatkan otot tidak berkembang karenamengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris
(3) Spina Binifida merupkan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutup lagi selama masa perkembangan sehingga fungsi jaringan saraf terganggu dan terjadilah kelumpuhan.
C. KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA
1. Karakteristik Akademik anak ktunadaksa, meliputi ciri khas kecerdasan, kemampuan kognisi, persepsi dan simbolisasi mengalami kelaianan karena terganggunya sistem cerebral sehingga mengalami hambatan dalam belajar, dan mengurus diri. Anak tunadaksa karena kelainan pada sistem otot dan rangka tidak terganggu sehingga dapat belajar, seperti anak normal.
2. Karakteristik sosial/ emosional anak tunadaksa menunjukkan bahwa konsep diri dan respons serta sikap masyarakat yang negatif terhadap analk tunadaksa merasa tidak mampu, tidak berguna, dan menjadi rendah diri. Akibatnya kepercayaan dirinya hilang dan akhirnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Mereka juga menunjukkan sikap mudah tersingung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri,kurang dapatbergaul, malu, dan suka menyendiri serta frustasi berat
3. Karakteristik fisik/ kesehatan anak tuanadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh, juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan motorik
D. TUJUAN PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA
1. Pengembangan intelektual dan Akademik
Pengembangan aspek ini dapat dilaksanakan secara formal di sekolah melalui kegitatan pembelajaran. Di sekolah khusus anak tunadaksa (SLB- D) tersedia semua prangkat kerikulum dengan semua pedoman pelaksanaanya., namun hal yang lebih penting adalah pemberian kesempatan dan perhatian khusus pada anak tunadaksa untuk mengoptimalkan perkembangan intelektual dan akademiknya.
2. Membantu Perkembangan Fisik
Hambatan utama belajar adalah adanya gangguan motorik. Oleh karena itu, guru harus dapat mengatasi gangguan tersebut sehinggaanak memperoleh kemudahan dalam mengikuti pendidikan.

Jumat, 25 Juni 2010

EVOLUSI

Dulunya saya mempercayai adanya evolusi,namun setelah saya membaca dari beberapa informasi yang saya dapat saya menjadi tahu bahwa evolusi itu hanya sebuah dongeng belaka.Kalau saya hal ini seperti perumpamaan sebuah cerita tentang candi roro jonggrang.Pernahkah kalian berfikir sebenarnya Adanya Candi Rorojonggrang dengan cerita terjadinya Candi Rorojonggrang duluan mana?Kalau anda berpikir tentu saja duluan candinya,ya apa yang anda pikirkan sama halnya dengan apa yang saya pikirkan.Begitu juga dengan Evolusi.Evolusi hanyalah sebuah dongeng yang dibuat seolah-olah menyerupai nyata.Bagaimana mungkin,demikian informasinya:
A. Pengertian Evolusi
Teori evolusi adalah suatu teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup pada masa lampau, beradaptasi dan mengalami perubahan bentuk bagian-bagian tubuhnya. Biasanya, proses ini terjadi dalam waktu yang sangat lama. Proses ini disebut evolusi.
Menurut pengertian evolusi, semua jenis makluk hidup sebenarnya berasal dari makhluk terendah. Sesuai dengan peredaran zaman dan perubahan geologi-astronomi terjadi perubahan berangsur pada makhluk hidup sampai terjadi makhluk yang sekarang ada. Berdasarkan pemikiran evolusi, manusia digolongkan sebagai hewan. Hewan sendiri mengalami tingkat perkembangan dan bentuk seperti makhluk terendah, mulai dari virus, bakteri, protozoa, cacing, ikan sampai pada mamalia. Evolusi pun sampai kini masih berlangsung. Bahkan dikira lebih cepat dikira prosesnya kini daripada masa purba.
Teori evolusi mengatakan bahwa manusia merupakan keturunan dari hominid. Hominid adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri diantara manusia dan kera. Banyak fosil-fosil hominid ini tersebar di seluruh bagian dunia. Fosil hominid tertua yang pernah ditemukan adalah Australopithecus africanus. Hominid ini ditemukan di Afrika. Sekitar 2 juta tahun yang lalu, muncullah Homo habilis, spesies ini diperkirakan merupakan keturunan dari Australopithecus africanus. Homo habilis sudah memiliki kemampuan untuk membuat peralatan-peralatan kasar dari batu-batuan dan tulang hewan. Mereka bertahan hingga sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Kemudian, mereka digantikan oleh Homo Erectus. Homo erectus adalah jenis hominid yang kemungkinan besar merupakan keturunan dari Homo Habilis. Homo erectus memiliki kapasitas otak yang lebih besar daripada Homo habilis. Mereka sudah mamou membuat peralatan yang lebih halus dan rapi dari bebatuan dan tulang hewan. Kemudian, Homo erctus menurunkan Homo Neanderthalensis. Homo Neanderthalensis hidup di gua-gua dan telah bisa mengubur orang mati. Di beberapa wilayah, mereka mampu bertahan sampai 40.000 tahun yang lalu. Akan tetapi, mereka punah daan digantikan Homo sapiens, manusia modern.



B. Prinsip Evolusi
1. Pada suatu saat evolusi terjadi lebih cepat dari yang lainnya. Bentuk-bentuk baru muncul dan bentuk lama punah.
2. Laju kecepatan evolusi tidak berlangsung sama pada tiap-tiap organisme yang berbeda. Umumnya evolusi mula-mula berlangsung cepat pada saat spesies baru muncul dan kemudian diperlambat apabila kelompoknya terbentuk.
3. Spesies baru bukan merupakan bentuk dari yang paling sempurna yang langsung hidup, tetapi berasal dari bentuk sederhana yang belum terspesialisasi.
4. Evolusi tidak selalu dari yang sederhana ke kompleks, ternyata banyak contoh ”evolusi regresif” yaitu dari bentuk kompleks menuju bentuk sederhana. Sebagai contoh adalah kasuari diturunkan dari burung bersayap yang dapat terbang kemudian berkembang menjadi kasuari yang tidak bersayap dan tidak dapat terbang.
5. Evolusi terjadi dalam populasi bukan dalam individu, oleh proses mutasi, reproduksi diferensial dan seleksi alam.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusi telah berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas masyarakat sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi. Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin, antara lain:
• Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch disebabkan perbedaan jenis makanannya.
• Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya. Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.

C. Tantangan terhadap Teori Evolusi
Teori utama Darwin bahwa spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau dan bila diurut lebih lanjut semua spesies makhluk hidup diturunkan dari nenek moyang umum yang sama. Seperti yang juga diperkirakan oleh Darwin. Teorinya akan ditentang banyak pihak. Para penentang teori ini dikategorikan dalam tiga kelompok utama:
a) Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin tersebut tidak cukup “ilmiah”.
b) Kelompok “Creationist” yang berpendapat bahwa masing-masing spesies diciptakan khusus oleh yang Maha Kuasa untuk tujuan tertentu.
c) Kelompok penganut filsafat “idealist” yang berpendapat bahwa spesies tidak berubah. Variasi yang ada merupakan tiruan tidak sempurna dari pola umum “archetypes”. Goethe mengabstaksikan satu archetype atau Urbild untuk semua tanaman (Urplanze) dan beberapa Bauplane untuk hewan.
Untuk para penentangnya dari dua kelompok pertama di atas Darwin cukup menandaskan bahwa keajaiban-keajaiban atau intervensi dari kekauatan supranatural dalam pembentukan spesies adalah tidak ilmiah. Dalam menanggapi kelompok Idealist (seperti Owen dan Lois Agassiz) Darwin mampu menangkis dengan baik. Melihat tantangan tersebut, maka terdapat orang yang mengasumsikan Teori Evolusi dari segi agama dan segi pengetahuan.
D. Tantangan dari Segi Agama
Semenjak awal, agama telah mengajarkan kebenaran penciptaan, yang dapat dipahami semua orang melalui penggunaan akal dan pengamatan pribadi. Semua agama samawi telah mengajarkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan berfirman "Jadilah!", dan bahwa bekerjanya alam semesta secara sempurna tanpa cela merupakan bukti daya ciptaNya yang agung. Banyak ayat Al Qur'an juga mengungkapkan kebenaran ini. Misalnya, Allah mengungkapkan bagaimana Dia secara ajaib menciptakan alam semesta dari ketiadaan:
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)
Allah juga mengungkapkan yang berikut:
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'aam, 6: 73)

Awal penciptaan dituturkan di dalam al-Qur’an seara logis dan tegas, dengan menyatakan banyak fakta dalam penciptaan. Namun, seseorang yang membandingkan penjelasan tentang awal penciptaan seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an dan seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian itu akan dengan mudah menyimpulkan bahwa kedua buku memiliki sumber yang sama namun al-Qur’an menjelaskannya secara logis dan ilmiah.
‘Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.’ (al-Mu’minun: 12-16)
Bila dilihat secara kasar, maka jelas dua konsep ini akan saling bertolak belakang bahkan cenderung saling mempersoalkan. Jika Darwin mengatakan bahwa manusia itu ada karena evolusi makhluk hidup lainnya yang lebih rendah. Maka al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan Hawa yang diusir dari surga.
Sebagian mengatakan bahwa Darwin yang benar, teori Darwinlah yang masuk akal. Dan sebagian yang lain menjawabnya dengan mengatakan bahwa “al-Qur’an-lah yang benar, karena ini titah Tuhan, Tuhan Maha Besar dan Maha Kuasa, sehingga apa saja bisa dilakukan-Nya, tak terkecuali menciptakan Adam dari tanah liat dan Siti Hawa dari tulang rusuk kiri Adam. Sedangkan, teori evolusi gagal total ketika dibenturkan dengan kenyataan bahwa saat inipun makhluk-makhluk purba (semisal komodo, buaya, kura-kura) masih berkeliaran di muka bumi, bukankah jika merunut pada teori evolusi makhluk-makhluk ini harusnya sudah punah?”

Jadi, al-Qur’an menolak teori Evolutionary Creationism (penciptaan dengan cara evolusi). Sebaliknya, dapat ditemukan berbagai konstruksi dari sel-sel binatang dan manusia.
E. Menolak Evolusi Tidak Berarti Menolak Ilmu Pengetahuan
Jumlah Muslim yang percaya bahwa semua makhluk hidup muncul melalui evolusi tidaklah boleh diremehkan. Kesalahan mereka berdasarkan pada kurangnya pengetahuan serta berbagai sudut pandang yang keliru, khususnya yang terkait dengan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Kesalahan yang utama adalah gagasan bahwa evolusi adalah fakta ilmiah dan sudah terbukti kebenarannya.
Orang seperti mereka tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan telah mengikis habis tingkat kebenaran teori evolusi. Baik di tingkat molekuler, atau pun dalam biologi dan paleontologi, penelitian telah membuktikan ketidak-absahan pernyataan makhluk hidup muncul sebagai hasil proses evolusi. Teori Darwin mampu bertahan, sekalipun bertentangan dengan kenyataan ilmiah, hanya karena para evolusionis melakukan segala hal yang mereka bisa, termasuk sengaja menyesatkan orang, agar teori itu tetap hidup. Tulisan dan ceramah mereka dipenuhi istilah ilmiah yang tidak dimengerti orang awam. Tetapi bila kata-kata mereka ditelaah, orang tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung teori mereka.
Ketika Charles Darwin (1809-1882), pendiri teori ini, menelaah salah satu sistem rumit yang terdapat pada makhluk hidup, yakni mata, ia menyadari bahaya yang mengancam teorinya, dan ia bahkan mengakui bahwa memikirkan mata membuat sekujur tubuhnya menggigil. Seperti Darwin, para ilmuwan evolusionis masa kini tahu bahwa teori mereka tidak memiliki penjelasan tentang sistem rumit serupa itu. Namun, bukannya mengakui hal ini, mereka justru mencoba menutupi tiadanya bukti ilmiah, dengan cara menulis berbagai uraian khayal serta mencekokkan teori ini kepada masyarakat dengan memberinya sebuah topeng ilmiah.
Cara-cara ini tampak jelas dalam debat tatap muka antara kaum evolusionis dengan mereka yang meyakini penciptaan, maupun dalam tulisan dan film dokumenter evolusionis. Sebenarnya, kaum evolusionis tidak peduli pada hal-hal seperti kebenaran ilmiah atau akal sehat, karena sasaran tunggalnya adalah membuat orang yakin bahwa evolusi adalah kenyataan ilmiah.
Dengan cara demikian, kaum Muslimin pendukung evolusi termakan oleh citra teori ini yang katanya "ilmiah". Khususnya, mereka tertusuk oleh semboyan Darwinis, seperti: "Siapa pun yang tidak mempercayai teori evolusi artinya bersikap taklid (meyakini sesuatu secara buta) atau tidak ilmiah," dan karena itu memberikan ruang dalam keyakinan mereka yang sebenarnya. Karena terpengaruh keterangan usang atau tulisan dan pendapat evolusionis, mereka percaya bahwa hanya evolusi yang dapat menerangkan peristiwa munculnya kehidupan. Lalu mereka mencoba menyelaraskan agama dan evolusi, karena tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir maupun pertentangan dalam teori itu sendiri, serta tingkat keyakinan terhadap kebenaran teori tersebut yang telah lenyap.
Akan tetapi, menimbang bahwa evolusi bertentangan 180 derajat dengan penciptaan, membuktikan kebenaran yang satu akan berarti menggugurkan yang lainnya. Dengan kata lain, menggugurkan evolusi berarti membuktikan penciptaan.
Karena alasan-alasan ini, kaum materialis memandang debat tentang evolusi sebagai sejenis medan perang, semacam perang terbuka antar paham pemikiran, dan bukan sebagai masalah ilmiah. Jadi, kaum materialis melakukan semua cara yang mungkin untuk menghalangi mereka yang meyakini paham penciptaan.
Kaum Muslimin yang mempertahankan evolusi harus menyadari hal ini. Darwinisme bukan sebuah pandangan ilmiah; melainkan sebuah sistem berpikir yang dirancang untuk menggiring orang mengingkari Allah. Karena teori ini tidak berlandasan ilmiah, seorang Muslim tidak boleh membiarkan diri disesatkan oleh berbagai pendapat dalam teori ini, dan lalu memberikan dukungan, setulus apa pun niatnya.







Lebih lagi, evolusi tidaklah diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah, seperti yang diupayakan oleh para pendukungnya agar diyakini orang. Selama 20-30 tahun terakhir, jumlah ilmuwan yang menolaknya telah meningkat secara luar biasa. Kebanyakan dari mereka meninggalkan kepercayaan buta kepada Darwinisme, sesudah melihat rancangan yang tanpa cacat di alam semesta dan dalam makhluk hidup. Mereka telah menerbitkan karya tulis yang tak terhitung jumlahnya, yang membuktikan ketidak-absahan teori itu. Lebih penting lagi, mereka merupakan anggota berbagai perguruan tinggi terkemuka di seantero dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, dan pakar serta peneliti karir dalam bidang biologi, biokimia, mikrobiologi, anatomi, paleontologi, dan bidang ilmu lainnya.3 Karena itu, sangat keliru berkata bahwa jumlah terbanyak dalam masyarakat ilmiah mempercayai evolusi.
Karena itu, tidak akan bermakna apa-apa, sekalipun jika kaum evolusionis sungguh menjadi jumlah terbanyak. Tidak ada pandangan mayoritas yang sepenuhnya benar hanya karena itu pandangan mayoritas. Kaum Muslimin yang mempercayai evolusi perlu tahu bahwa Al Qur'an membahas masalah ini ketika menceritakan nasib banyak masyarakat zaman dahulu, yang berpandangan serupa, dan akhirnya mengingkari Allah dan agamaNya dengan cara membiarkan diri tersesat dari jalan yang lurus. Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak mengikuti orang-orang yang penuh tipu-daya demikian, dan mengabarkan kepada umat manusia bahwa berjalan bersama jumlah terbanyak, atau mayoritas, bisa mengakibatkan manusia tergiring ke arah kesalahan yang mengerikan:

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An'aam, 6: 116)















Kesimpulan
Ilmuwan yang mendukung teori Penciptaan sudah mengeluarkan bukti dan fakta yang cukup panjang lebar. Mengenai teori evolusi sendiri, teori Evolusi mengalami pertentangan dengan isi yang tertulis di dalam Al-Quran maupun Al-Kitab serta Taurat yang terlebih dahulu dibuat sebelum munculnya teori Evolusi. Oleh sebab itu, para kaum ilmuwan yang beragama dan mempercayai kitab diatas tidak menyetujui teori Evolusi.
Teori Evolusi Darwin bersifat materialis dan juga dibuat oleh seorang atheis. Mereka mengatakan, bahwa pengetahuan harus didasari keimanan kepada Tuhan. Sehingga muncul pepatah seperti “pengetahuan tanpa agama adalah cacat”. Mereka mengatakan bahwa harus ada keterkaitan antara agama dengan ilmu pengetahuan.
Manusia adalah manusia dengan segala potensialitasnya. Ia dapat memilih hendak mendayagunakan potensialitas itu dan kemudian menyempurnakan diri menjadi hamba Tuhan yang sebenarnya. Atau mengabaikan potensialitas itu dengan menuruti hawa nafsu dalam dirinya.
Saran
Segala bentuk ilmu pengetahuan harus dilandasi dengan Al-Qur`an.Karena ilmu itu akan cacat jika tidak dilandasi dengan Al-Qur`an.Dan pengetahuan yang bertentangan dengan ilmu agama tidak diakui kebenarannya.

Strategi Pembelajaran Menyimak-Berbicara

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK—BERBICARA
I. Pendahuluan
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menuliS, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD, dapatlah dikemukakan beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut.
1) Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
2) Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
3) Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
4) Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
5) Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6) Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
√ Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi dapat diartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatu kegiatan dapat tercapai.
Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai berbagai metoda/teknik pembelajaran. ciri suatu metoda/teknik pembelajaran yang baik adalah :
a. mengundang rasa ingin tahu murid;
b. menantang murid untuk belajar;
c. memngaktifkan mental, fisik, dan psikis murid;
d. memudahkan guru;
e. mengembangkan kreativitas murid;
f. mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.
Tabel : Menyimak yang Efektif
Menyimak yang Efektif Menyimak yang Lemah Menyimak yang Kuat
1. Temukan beberapa area minat Menghilangkan pelajaran yang “kering” Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”
2. Nilailah isinya, bukan penyampaiannya Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian
3. Tahanlah semangat Anda Cenderung berargumen Menyembunyikan penilaian sampai paham
4. Dengarkan ide-ide Menyimak kenyataan Menyimak tema inti
5. Bersikap fleksibel Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara
6. Bekerjalah saat menyimak Pura-pura menyimak Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif
7. Menahan gangguan Mudah tergoda Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
8. Latihlah pikiran anda Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran
9. Bukalah pikiran anda Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.
10. Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.
II. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYIMAK—BERBICARA
Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi dalam keterampilan menyimak berbicara berdasarkan strateginya adalah sebagai berikut :
¨ STRATEGI MENYIMAK DAN BERPIKIR LANGSUNG MBL / DLTA (Direct Listening Thinking Activities)
• Pra Simak
Persiapan Menyimak :
1. Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
2. Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
3. Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
4. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
• Saat Simak
Guru Membaca Nyaring :
1. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
2. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb.”
3. Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
• Pasca Simak
Refleksi :
1. Guru mengakhiri pembacaan cerita
2. selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
¨ STRATEGI PERTANYAAN JAWABAN (PJ)
• Pra Simak
1. Guru mengemukakan judul bahan simakan
2. Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
• Saat Simak
1. Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
• Pasca Simak
1. Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
2. Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
3. Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
4. Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
¨ STRATEGI KEGIATAN MENYIMAK SECARA LANGSUNG/KML ATAU DLA (DIRECT LISTENING ACTIVITIES)
• Pra Simak
1. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
• Saat Simak
1. Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
• Pasca Simak
1. Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
2. Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.

Kamis, 08 April 2010

RPP CTL

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Satuan Pendidikan      : Sekolah Dasar

Kelas/ Semester            : IV/ I

Alokasi waktu             : 1 x 35 menit

I.                   Standar Kompetensi

Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk  suatu benda

 

II.                Kompetensi Dasar

Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

 

III.             Indikator

1.      Menyebutkan bentuk gaya

2.      Mendemonstrasikan bahwa gaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan gerak suatu benda

3.      Membedakan macam – macam gaya berdasarkan sumber tenaga

4.      Menyebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari – hari yang menunjukkan macam – macam gaya berdasarkan sumber tenaga

 

IV.             Tujuan Pembelajaran

1.      Siswa dapat menyebutkan bentuk – bentuk gaya berdasarkan sumber tenaganya melalui percobaan

2.      Siswa mampu mendemontrasikan bahwa gaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan gerak suatu benda melalui percobaan

3.      Siswa dapat membedakan macam – macam gaya berdasarkan sumber tenaga dengan tepat setelah mendapat penjelasan dari guru.

 

 

V.                Materi Ajar

Gaya dapat mengubah gerak benda

(Lampiran)

 

VI.             Model dan Metode Pembelajaran

Model        : Pembelajaran kontekstual(CTL)

Metode      : -    Ceramah

-          Diskusi

-          Demonstrasi

-          Tanya jawab

 

VII.          Media Pembelajaran

-          Kursi

-          Cermin

-          Kapur tulis

-          Papan tulis

-          Paku

-          Kayu

-          Magnet

-          Bola pingpong

-          Kipas angin

 

VIII.       Kegiatan Pembelajaran

-                                               Kegiatan awal pembelajaran

1.      Guru mengkondisikan siswa siap menerima pembelajaran

2.      Salam dan berdo’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas

3.      Guru mengabsensi siswa

4.      Guru memotivasi siswa dan melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai hal – hal yang berkenaan dengan materi pembelajaran

-                                               Kegiatan inti pembelajaran

1.      Guru memberikan penjelasan tentang pengertian gaya

2.      Guru memberikan contoh peristiwa yang berkaitan dengan percobaan gaya gravitasi

3.      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen dan membagikan LKS

4.      Siswa mengambil alat dan bahan percobaan yang telah disediakan oleh guru

5.      Siswa melakukan percobaan dengan berpedoman pada LKS

6.      Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mendemonstrasikan hasil percobaan sesuai dengan petunjuk guru

7.      Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil demonstasi dari kelompok yang maju

8.      Guru mengadakan tanya jawab mengenai hasil demontrasi

9.      Guru bersama siswa membahas hasil percobaan yang telah dilakukan

-                                               Kegiatan akhir pembelajaran

1.        Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang telah dipelajari

2.        Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari

3.        Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa

4.        Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengerjakan PR dengan baik dan rajin belajar

5.        Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam

 

IX.             Sumber Belajar

-                                               Buku ajar made in kelompok 1

-       Sulistyanto Heri, Edy wiloyo.2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan  Nasional

 

 

 

X.                Penilaian

-                                               Jenis penilaian:

1. Jenis Penilaian  : tulis dan lisan

2. Bentuk Tes      : Tes subyektif dan obyektif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Surabaya, 28-10-2009

 

Guru Kelas

 

 

Ardila Hadi S

NIP. 071644048

 

 

Mengetahui,

 

Kepala Sekolah    

 

 

 

Arfi Alhadiza

NIP. 071644220

 
 

 

 

 

 

 

 


                                                                                                                               

LAMPIRAN

1.    Lampiran  Materi

*      Untuk bergerak semua benda memerlukan gaya

*      Gaya adalah tarikan / dorongan yang dapat menyebabkan perubahan keadaan suatu benda

*      Faktor yang mempengaruhi gerak benda yaitu gravitasi bumi, gaya gesek benda, dorongan,tarikan

*      Setiap gaya yang dilakukan memerlukan tenaga

*      Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjdai lima, yaitu gaya gesek, gaya magnet, gaya otot,gaya  gravitasi , dan gaya listrik.

*      Gravitasi menyebabkan benda jatuh ke bawah

*      Gerak benda yang terjadi karena dorongan atau tarikan dipengaruhi oleh permukaan tempat benda bergerak. Makin kasar permukaan benda gaya geseknya semakin besar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.  Lampiran LKS + Jawaban

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Percobaan 1

GAYA OTOT

MASALAH

Apa yang terjadi jika kamu mendorong sebuah kursi?  Apakah yang terjadi setelah sebuah kursi itu kamu dorong?

Masalah ini akan kita buktikan melalui percobaan berikut ini.

ALAT DAN BAHAN

Kursi

Alat tulis

LANGKAH-LANGKAH

  1. Letakkan sebuah kursi di lantai yang datar kemudian doronglah kursi tersebut dengan menggunakan tanganmu!
  2. Amati apa yang terjadi pada kursi apabila dilihat dari kedudukan awalnya sebelum diberi dorongan!
  3. Buatlah kesimpulan dari kegiatan ini!

 

PERTANYAAN

Berdasarkan kegiatanmu, jawablah pertanyaan berikut:

  1. Apakah kursi mengalami perpindahan setelah kita memberikan dorongan?
  2.  Jelaskan mengapa hal itu terjadi?

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Percobaan 2

GAYA GESEK ANTARA DUA BENDA

MASALAH

Apakah kamu pernah menulis dengan menggunakan kapur pada kaca?  Apakah perbedaannya jika kita menulis dengan menggunakan kapur pada papan tulis?

Masalah ini akan kita buktikan melalui percobaan berikut ini.

ALAT DAN BAHAN

Kapur (secukupnya)

Kaca/cermin

Papan tulis

LANGKAH-LANGKAH

  1. Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukukan!
  2. Menulis di cermin

     

    Menulis di papan tulis

     
    Mulailah menulis (angka 25) pada kaca, kemudian lanjutkan dengan menulis (angka 25) pada papan!
  3. Amatilah perbedaan yang terjadi!
  4. Masukkan hasil pengamatanmu pada

tabel hasil pengamatan!

  1. Buatlah kesimpulan dari kegiatan ini!

 

 

 

 

 

DATA HASIL PENGAMATAN

No.

Benda

Tulisan yang Tampak

Keterangan

1.

Kaca/cermin

 

 

2.

Papan tulis

 

 

* pada kolom “keterangan”, tuliskan permukaan benda apakah kasar/halus!

PERTANYAAN

Berdasarkan kegiatanmu, jawablah pertanyaan berikut:

  1. Gaya apakah yang bekerja pada saat kita menulis di papan atau di cermin?
  2. Adakah perbedaan jika kita menulis kapur di papan dengan di cermin?
  3. Jika terdapat perbedaan, berikan alasanmu apakah faktor penyebabnya?

 

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR KEGIATAN SISWA

 

Percobaan 3

GAYA MAGNET

MASALAH

Pernahkah kamu bermain magnet?  Apakah magnet tersebut bisa menarik semua jenis benda?

Masalah ini akan kita buktikan melalui percobaan berikut ini.

ALAT DAN BAHAN

Magnet

Paku

Potongan kayu/sapu lidi                                                                                             

LANGKAH-LANGKAH

  1. Letakkan paku pada meja kemudian dekatkan magnet pada paku!
  2. Amatilah apa yang terjadi pada paku!
  3. Letakkan potongan kayu pada meja kemudian dekatkan magnet pada kayu!
  4. Amatilah apa yang terjadi pada kayu!
  5. Masukkan hasil pengamatanmu pada tabel hasil pengamatan!
  6. Buatlah kesimpulan dari kegiatan ini!

 

 

 

 

TABEL HASIL PENGAMATAN

No.

Benda

Keterangan

(Tertarik/Tidak Tertarik)

1.

Paku

 

2.

Potongan kayu

 

 

 

PERTANYAAN

Berdasarkan kegiatanmu, jawablah pertanyaan berikut:

  1. Benda apakah yang dapat ditarik oleh magnet?
  2. Apakah semua benda dapat ditarik oleh magnet?
  3. Jelaskan pengertian Gaya Magnet!

 

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

 

 

 

 

 

 

 

 

LEMBAR KEGIATAN SISWA

 

Percobaan 4

GAYA GRAVITASI

MASALAH

Pernahkah kamu melihat buah yang jatuh dari atas pohon?  Tahukah kamu mengapa setiap benda yang di lempar ke atas akan tetap kembali ke bawah?

Masalah ini akan kita buktikan melalui percobaan berikut ini.

ALAT DAN BAHAN

Bola pimpong/ bola sepak

LANGKAH-LANGKAH

  1. Peganglah bola pimpong/ bola sepak kemudian jatuhkan bola tersebut!
  2. Lemparlah bola pimpong/ bola sepak ke atas!
  3. Amatilah yang terjadi!
  4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan ini!

 

PERTANYAAN

Berdasarkan kegiatanmu, jawablah pertanyaan berikut:

  1. Apakah yang terjadi saat kamu menjatuhkan bola dan melempar bola ke atas?
  2. Gaya apakah yang bekerja pada kegiatan ini? Jelaskan!

 

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

 

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Percobaan 5

GAYA LISTRIK

MASALAH

Tahukah kamu energi apakah yang menyebabkan baling – baling kipas angin dapat bergerak?

Masalah ini akan kita buktikan melalui percobaan berikut ini.

ALAT DAN BAHAN

Kipas angin                                                                                        

LANGKAH-LANGKAH

  1. Colokkanlah kipas angin ke stop kontak!
  2. Amati perubahan pada kipas angin!

 

PERTANYAAN

Berdasarkan kegiatanmu, jawablah pertanyaan berikut:

  1. Perubahan apa yang terjadi pada kipas angin sebelum dan setelah di masukkan ke stop kontak ?
  1.  Jelaskan mengapa hal itu terjadi?

 

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

 

 

 

KUNCI JAWABAN

LEMBAR KEGIATAN SISWA

 

Percobaan 1

GAYA OTOT

  1.  Apakah kursi mengalami perpindahan setelah kita memberikan dorongan? Iya, kursi mengalami perpindahan
  2.  Jelaskan mengapa hal itu terjadi? Hal ini terjadi karena adanya gaya otot yang kita berikan kepada kursi yaitu berupa dorongan.

 

Kesimpulan

Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot. Gaya otot yang kita berikan pada suatu benda dapat memindah benda tersebut dari posisi awal benda.

 

Percobaan 2

GAYA GESEK ANTARA DUA BENDA

DATA HASIL PENGAMATAN

No.

Benda

Tulisan yang Tampak

Keterangan

1.

Kaca/cermin

Tidak jelas

Halus

2.

Papan tulis

Jelas

Kasar

* pada kolom “keterangan”, tuliskan permukaan benda apakah kasar/halus

  1. Gaya apakah yang bekerja pada saat kita menulis di papan atau di cermin? Gaya gesek
  2. Adakah perbedaan jika kita menulis kapur di papan dengan di cermin? Ada perbedaan
  3. Jika terdapat perbedaan, berikan alasanmu apakah faktor penyebabnya? Perbedaannya adalah jika kita menulis di papan maka tulisannya akan tampak jelas, jika kita menulis di cermin/kaca tulisannya kurang jelas. Faktor penyebabnya adalah permukaan benda. Pada papan tulis permukaannya kasar, sedangkan pada cermin/kaca permukaannya halus.

KESIMPULAN

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena bersentuhannya dua permukaan benda. Semakin kasar permukaan benda, maka gaya gesek yang timbul/yang dihasilkan semakin besar

Percobaan 3

GAYA MAGNET

TABEL HASIL PENGAMATAN

No.

Benda

Keterangan

(Tertarik/Tidak Tertarik)

1.

Paku

Tertarik

2.

Potongan kayu

Tidak tertarik

 

  1. Benda apakah yang dapat ditarik oleh magnet (paku/potongan kayu)?

paku

  1. Apakah semua benda dapat ditarik oleh magnet?

Tidak

  1. Jelaskan pengertian Gaya Magnet!

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet.

 

 

KESIMPULAN

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Tidak semua benda dapat ditarik oleh magnet. Contoh benda yang dapat ditarik oleh magnet adalah paku/benda-benda yang terbuat dari besi.

Percobaan 4

GAYA GRAVITASI

  1. Apakah yang terjadi saat kamu menjatuhkan bola dan melempar bola ke atas? Bola akan tetap terjatuh ke bawah.
  2. Gaya apakah yang bekerja pada kegiatan ini? Jelaskan! Gaya gravitasi yaitu gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi.

KESIMPULAN

Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi

 

Percobaan 5

GAYA LISTRIK

  1. Perubahan apa yang terjadi pada kipas angin sebelum dan setelah di masukkan ke stop kontak ? baling – baling bambu jadi bergerak
  2.  Jelaskan mengapa hal itu terjadi? Hal itu terjadi karena kipas angin dihubungkan dengan sumber energi listrik.

KESIMPULAN

Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, kesimpulan apa yang dapat kamu ambil?

Gaya listrik dapat menyebabkan benda bergerak karena adanyaaliran  muatan listrik.

 

 

III.   Lampiran Evaluasi + Jawaban

A.    Berilah tanda silang (x) pada huruf a. b, c, atau d di depan jawaban yang benar!

1.      Dalam sains dorongan atau tarikan yang dikenakan pada suatu benda dikenal dengan sebutan……..  

a. Gaya                                                      c. usaha

b.      Kerja                                                    d. gerak

2.      Gerakan kelereng yang menggelinding di lantai dasar, makin lama makin lambat, dan akhirnya  berhenti. Hal ini terjadi akibat bekerjanya gaya…….

a.      Otot                                                     c. pegas

b.      Gravitasi                                              d. gesek

3.      Untuk mengangkat air yang terikat pada tali yang ada di sumur, maka diperlukan gaya…….

a.      Tarik                                                    c. pegas

b.      Dorong                                                            d. gesekan

4.   Gaya yang terjadi Karena bersentuhannya dua permkaan benda disebut gaya.....

a.      Otot                                                     c. tarik

b.      Gesek                                                  d. magnet

5.      Jatuhnya buah dengan sendirinya dari atas pohon disebabkan karena adanya gaya…..

a.      Gravitasi bumi                                     c. otot

b.      Gesekan                                               d. listrik

6.      Rem yang terdapat pad sepeda menggunakan prinsip kerja dari gaya......

a.      Gesekan                                               c. dorongan

b.      Gravitasi                                              d. magnet

7.      Bergeraknya mobil dan motor karena adanya sumber listrik berupa aki erupakan contoh gaya…….

a.      Magnet                                                           c. dorong

b.      Gesekan                                               d. listrik

8.      Berikut inimerupakan factor yang tidakmempengaruhi gerak suatu benda adalah ……

a.      Gravitasi bumi                                     c. suhu

b.      Tarikan                                                d. dorongan

9.      Untuk melalakukan gaya pada suatu benda diperlukan …….

a.      Gerak                                                   c. daya

b.      Tenaga                                                 d. kecepatan

10.  Gaya yang bekerja pada sebuah benda selain mempengaruhi gerak benda juga mengubah ……..

a.      Bentuk benda                                      c. Isi benda

b.      Jarak benda                                         d. Warna benda

 

 

B.    Isilah titik – titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan benar!

1.   Pada saat bergerak semua benda memerlukan………

2.   Gaya yang bekerja pada suatu benda dapat berupa……..dan…….

3.   Apabila kita melempar bola ke atas maka bola tersebut akan kembali kebawah. Hal ini disebabkankarena adanya pengaruh gaya ……

4.      Makin kasar permukaan sutu benda maka gaya geseknya akan semakin……

5.      Gaya otot, gaya gesek, gaya listrik, gaya magnet, dan gaya gravitasi merupakan pengelompokan gaya berdasarkan pada…..

 

 

C.    Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!

1.      Jelaskan dengan menggunakan contoh bahwa gaya dapat merubah gerak suatu benda?

2.      Sebutkan jenis – jenis gaya berdasarkan sumber tenaga dari gaya tersebut?

3.      Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi gerak suatu benda?

4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya gravitasi dan berikan contohnya?

5.      Pada saat akan dilakukan pengereman, ban sepeda dapat berhenti.Apa yang menyebabkan ban sepeda dapat berhenti? Jelaskan alasanmu!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kunci jawaban evaluasi

A.    1. A

2. B

3. A

4. B

5. A

6. A

7. D

8. C

9. A

10. A

 

B.     1. Gaya

2. dorongan atau tarikan

3. gaya gravitasi

4. besar

5. sumber tenaga

 

C.  1. Kursi yang semula diam setelah mendapatkan dorongan kedudukannya akan berubah

hal ini menunjukkan bahwa perubahan kedudukan kursi dipengaruhi oleh gaya otot.

            2. gaya sentuh dan gaya medan

     3. Faktor yang mempengaruhi gerak benda

    *Gaya gravitasai bumi

    Gaya ini menyebabkan semua benda jatuh ke tanah

    *Gaya gesek benda,dorongan, tarikan

    Gaya gesek terjadi jika dua buah permukaan benda saling bersentuhan

 

4. Gaya gravitasi adalah gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi

     Contoh : jatuhnya buah dari atas pohon dengan sendirinya.

5. karena pada saat akan berhenti karet rem pada sepeda akan bersentuhan   dengan pelek sepeda sehingga terjadi gesekan yang menyebabkan sepeda dapat berhenti ketika dilakukan pengereman.